BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di
era seperti saat ini masyarakat sangat dimanjakan oleh fasilitas yang sangat
canggih. Semua kegiatan penunjang kehidupan sangat mudah dan cepat untuk
dilakukan, itu terjadi akibat adanya peradaban globalisasi. Globalisasi
merupakan proses system organisasi dan komunikasi antar masyarakat dunia untuk
mengikuti sebuah system yang sama. Penduduk dunia
saling berhubungan semakin erat hampir di semua aspek kehidupan.
Dari bertukar informasi, budaya, perdagangan, investasi, pariwisata,
hingga persoalan pribadi, ataupun aspek kehidupan lain.
Informasi-informasi itu sering dimaknai di dalamnya mengandung kebudayaan,
maka terjadilah penyebaran budaya global. Media massa berperan sebagai
kekuatan trend setter untuk isu-isu global, baik persoalan politik
seperti hak asasi manusia, lingkungan hidup, maupun terorrisme
internasional, hingga ke persoalan budaya dan gaya hidup.
Indonesia yang merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman
kebudayaan suku Bangsa dan juga di anggap sebagai Negara yang sedang berkembang
ini, Indonesia di tuntut untuk menjadi Negara yang lebih maju dari berbagai
aspek. Faktanya adalah bahwa Negara Indonesia terkesan berjalan lambat untuk
mengalami kemajuan di mata Negara-Negara yang berada di Benua Amerika dan Eropa.
Di Indonesia, gaung globalisasi sudah terasa sejak pertengahan
abad ke-20, dalam hal ini bangsa Indonesia memang sudah harus bersiap-siap
untuk menerima kenyataan masuknya pengaruh asing terhadap berbagai aspek di
Indonesia khususnya dalam kebudayaan suku bangsa. Bagi Indonesia aspek
kebudayaan merupakan salah satu kekuatan yang memiliki nilai yang beragam dan
juga merupakan identitas bahwa Indonesia memang benar mempunyai keaneka ragaman
kebudayaan Suku bangsa yang juga di perkuat lagi melalui Bhinneka Tunggal Ika.
Hal yang terpenting di dalam kebudayaan Indonesia sebagian besar terdapat di
Keseniannya karena memang banyak masyarakat awam yang mengatakan bahwa
kebudayaan itu adalah kesenian. Banyak contoh yang dapat kita lihat dalam hal
kesenian budaya seperti di Seni Pahat, Wayang, Musik daerah, Kerawitan, Seni
rupa, yang sampai pada hari ini yang terus mempertahankan itu adalah warga
Indonesia yang sangat cinta akan keberagaman seni dan budaya Indonesia
(minoritas).
Seiring berjalannya waktu seni dan budaya asli daerah dari suku
bangsa yang ada di Indonesia, sedikit demi sedikit mengalami perubahan
yang di karenakan derasnya arus globalisasi yang di dominasi oleh Negara barat.
Banyak yang melontarkan dua hal yang susah untuk di tarik benang merah dari
permasalahan tersebut oleh pakar-pakar kebudayan seperti Simon Kemoni yang juga
merupakan sosiolog asal Kenya, mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang
alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses
alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan
perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari
kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus
memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar
tidak dieliminasi oleh budaya asing. Selain itu Seorang penulis asal Kenya
bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya
Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka
berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa
tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis
Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu
dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas
dengan nama globalisasi.
Adanya
perkembangan dari globalisasi ini mengandung hal yang positif ataupun
memberikan pengaruh negatif terhadap kebudayaan di Indonesia. Maka dari itu
makalah yang akan kami bahas yaitu menganai Pengaruh Globalisasi Terhadap
Kebudayaan Di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas
yaitu :
1. Apa
saja teori-teori kebudayaan ?
2. Apa
sajakah hal positif dan negatif dari pengaruh globalisasi ?
3. Bagaimanakah
budaya di Indonesia ?
4. Bagaimanakah
Budaya Barat berkembang di Indonesia ?
5. Bagaimanakah
solusi untuk mengatasi Budaya Asing di Indonesia ?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan manfaat
yang akan dicapai dari makalah ini yaitu agar dapat mengetahui pengaruh positif
ataupun negatif dari Globalisasi terhadap Budaya di Indonesia, serta mengetahui
solusi untuk mengatasi hal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi system idea tau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia,sehingga
kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang berupa perilaku
maupun benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku, bahasa,
organisasi social, kesenian dan lain sebagainya yang berfungsi untuk menunjang
kehidupan bermasyrakatnya. Kebudayaan dari barat saat ini sudah mendominasi
segala aspek kehidupan pada masyarakat Indonesia. Peradaban yang disebarkan
oleh barat telah mengacu terhadap segala hal dan hal itu telah menguasai dunia
tak terkecuali bangsa Indonesia, peradaban bangsa kita saat ini secara perlahan
mulai mengikuti kebudayaan bangsa barat.
2.2 Teori
Kebudayaan
Teori
tentang perubahan budaya, pengaruh budaya, atau fenomena budaya lainnya. dengan
harapan dapat digunakan sebagai alat untuk memperspektif suatu fenomena budaya
atau fenomena sosial yang muncul baik dalam dimensi masa kini, masa lampau atau
pun di masa mendatang. Adapun beberapa teori tersebut adalah sebagai berikut :
1. Budaya yang lebih tinggi dan aktif akan mempengaruhi budaya
yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya (Malinowski, 1983:21-23).
Teori Malinowski ini sangat nampak dalam pergeseran nilai-nilai budaya kita
yang condong ke Barat. Dalam era globalisasi informasi menjadi kekuatan yang
sangat dahsyat dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Budaya barat saat ini
diidentikkan dengan modernitas (modernisasi), dan budaya timur diidentikkan
dengan tradisional atau konvensional. Orang tidak saja mengadopsi ilmu
pengetahuan dan teknologi Barat sebagai bagian dari kebudayaan tetapi juga
meniru semua gaya orang Barat, sampai-sampai yang di Barat dianggap sebagai
budaya yang tidak baik tetapi setelah sampai di Timur diadopsi secara membabi
buta. Seorang yang sudah lama menetap di Australia kemudian mudik ke Indonesia,
ia tercengang melihat betapa cepatnya perubahan budaya di Indonesia. Ia saat
itu bahkan merasa berada di Amerika. Ada beberapa saluran TV yang menayangkan
banyak film Amerika yang penuh dengan adegan kekerasan dan seks. Selama
beberapa minggu ia berada di tanah air, ia tidak melihat kesenian tradisional
yang ditayangkan di TV swasta seperti yang pernah dilihatnya dahulu di TVRI. Ia
kemudian sadar bahwa reog, angklung, calung, wayang golek, gamelan, dan tarian
tradisional tidak hanya nyaris tidak ditayangkan di TV, tetapi juga jarang
sekali dipertontonkan langsung di tengah-tengah masyarakatnya. Sementara itu,
ia justru menemukan Mc. Donald’s, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, dan Dunkin
Donuts di sini. Beberapa toserba dan pasar swalayan juga mirip seperti yang ia
temukan di luar negeri dengan penataan yang serupa. Kedua tempat berbelanja
tersebut bahkan lebih banyak menggunakan petunjuk-petunjuk berbahasa Inggeris,
meskipun mayoritas pengunjungnya adalah orang Melayu. Ia melihat banyak pemuda
bergaya masa kini, dengan rambut panjang di buntut kuda, sebelah telinganya
beranting, bercelana Levi’s duduk-duduk santai di Mall, seraya meneguk minuman
dingin ‘Soft Drink’. Demikian pula pemuda-pemudinya banyak sekali yang hanya
menggunakan kaos sepotong yang ketat dan tidak sempat menutup pussarnya, dengan
celana panjang yang ketat pula, sedangkan rambutnya disisir dengan gaya semrawut.
Di kota-kota besar sudah tumbuh pub-pub, night-club, diskotik dan karaoke yang
sangat laris. Restoran-restoran yang menyediakan makanan ala China, dan Eropa.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia yang halus dan yang
tinggi nilai budayanya telah terkontaminasi oleh kebudayaan Barat yang sekuler
seperti itu.
2. Teori Budaya Fungsional. Ahli antropologi aliran fungsional
menyatakan, bahwa budaya adalah keseluruhan alat dan adat yang sudah merupakan
suatu cara hidup yang telah digunakan secara luas, sehingga manusia berada di
dalam keadaan yang lebih baik untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
dalam penyesuaiannya dengan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya
(Malinowski, 1983: 65) atau “Budaya difungsikan secara luas oleh manusia
sebagai sarana untuk mengatasi: masalah-masalah yang dihadapi sebagai upaya
penyesuaiannya dengan alam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya”. Contoh
budaya fungsional ini banyak sekali dalam masyarakat kita dan bisa kita jumpai
dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya pada musim kemarau di mana seorang
petani sulit menanam, peceklik, akhirnya ia menjadi nelayan, dan setelah musim
penghujan tiba ia kembali menjadi petani lagi.
3. Agen Eropa merupakan pendorong utama terjadinya proses
perubahan budaya (Malinowski, 1983:24). Sejak zaman pemerintahan kolonisasi
Belanda membuka perkebunan dan pabrik-pabrik sampai dengan abad ke-21 di mana
pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan membuka kran dan kemudahan bagi para
investor asing, sedikit banyaknya akan membawa perubahan dalam sistem
perekonomian kita. Perusahaan asing yang dikelola dengan modal besar
menggunakan tenaga murah dari penduduk pribumi. Dalam sistem ekonomi kapitalis
tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi dan tujuan perusahaan asing di Indonesia
jelas bukan untuk melaksanakan demokrasi ekonomi seperti yang tertera dalam UUD
1945 Pasal 33. Salah satu sisi perusahaan asing berbondong-bondong menanamkan
investasinya di bumi Indonesia adalah karena (1) Indonesia memiliki sumber alam
‘Natural Resource’ yang berlimpah ruah; (2) Perusahaan asing dapat mendapatkan
tenaga kerja murah dengan demikian perusahaan asing yang menanamkan modal di
sini memiliki keunggulan daya saing berimbang atau komparatif ‘Comparative
Advantage’ sehingga dapat menjual hasil produksinya di bawah harga dengan
kualitas produksi yang sama. Kondisi ini tentu secara perlahan tetapi pasti
diikuti oleh para pelaku ekonomi bangsa kita. Dengan demikian secara
berangsur-angssur sistem ekonomi kapitalis akan semakin tertanam dalam jiwa
para pelaku ekonomi di bumi persada kita. Sebagai bukti adalah pertama,
sulitnya para konglomerat mendengar himbauan Presiden untuk menyisihkan
keuntungannya sebagai upaya pengentasan kemiskinan ; kedua, sulitnya Menteri
Sosial untuk mendapatkan bantuan dalam HKSN.
4. Proses perubahan budaya dapat terjadi karena difusi, yakni
unsur budaya yang satu bercampur dengan unsur budaya lainnya sehingga menjadi
kompleks, di mana unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan unsur
budaya aslinya. Kajian di Melanesia dan Afrika Barat pengaruh aliran budaya
dari Asia Tenggara. Budaya Mesir purba yang masih tertinggal di India, Cina,
Kepulauan Pasifik hingga sampai ke Dunia Baru Malinowski tidak sepakat dengan
teori tersebut, melalui kajian empiris dia menyatakan difusi merupakan proses
yang diarahkan oleh budaya yang lebih kuat / pemberi budaya dan mendapat
tantangan hebat dari budaya yang lemah / penerima budaya (Malinowski, 1983:
27). Hasil penelitian di daerah transmigrasi Rajabasa Lama, Way Jepara Lampung
Tengah 1995-1997 menunjukkan terjadinya difusi di bidang cara pengolahan lahan
pertanian. Hal ini terjadi di mana penduduk suku Lampung yang tadinya terbiasa
mengolah lahan secara tertutup (masih menyisakan bagian hutan di lahan
pertanian), kini mereka mulai mengolah lahan secara terbuka (membabat habis
sisa hutan yang tadinya sebagai cadangan kayu dan sebagainya). Transmigrasi
asal suku Jawa yang tadinya mencangkul dalam-dalam tanahnya sebelum ditanami,
kini mereka hanya mengoret (mencangkul tipis-tipis lahannya untuk sekedar
menghilangkan rumputnya) seperti yang biasa dilakukan oleh orang Lampung,
karena ternyata dengan mengoret humusnya tidak cepat habis. Para transmigran
juga membuat gerobak, seperti halnya gerobaknya orang Lampung yang berukuran
kecil dan ramping, sehingga cukup ditarik oleh sapi seekor dan mudah menerobos
di jalan-jalan setapak.
2.3 Dampak Positif Dan Negatif Globalisasi Budaya
Kehadiran
globalisasi tentunya membawa pengaruh besar bagi kehidupan suatu negara
termasuk negara Indonesia. Pengaruh tersebut dibagi menjadi dua yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif globalisasi terhadap masyarakat
Indonesia yaitu :
- Meningkatkan
pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir
yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang
telah maju.
- Meningkatkan
etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa
kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagtainya.
- Dari
aspek globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik
seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain
yang sudah maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya
memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa.
Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu
bangsa.
Disamping
pengaruh globalisasi membawa hal positif, ada jugadampak negatif dari
globalisasi aspek budaya, yaitu :
- Semakin
mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui internet, media
televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.
- Semakin
memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan
gaya hidup berikut ini :
Individualisme : mengutamakan kepentingan diri sendiri
Pragmatisme : melakukan suatu kegiatan yang menguntungkan saja
Hedonisme : Paham yang mengutamakan kepentingan keduniawian semata
Primitif : sesuatu yang sebelumnya dianggap tabu, kemudian dianggap sebagai
sesuatu yang biasa/ wajar
Konsumerisme : pola konsumsi yang sudah melebihi batas
- Semakin
lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan
kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu/ darurat, misalnya
sakit,kecelakaan, atau musibah hanya ditangani oleh segelintir orang
- Masyarakat
kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai
bangsa Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani
kepada orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang
sangat mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin
banyak yang cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat.
- Mengakibatkan
adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena
adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta
menambah angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
Dampak
di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, akan
tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa menjadi berkurang atau luntur. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala
masyarakat Indonesia secara global. Apa yang ada di luar negeri dianggap baik
memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Bila
dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan
dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu
stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
2.4 Karakteristik Budaya Di Indonesia
2.4.1
Suku-Suku Bangsa Di Indonesia
Pada umumnya, pengolongan berbagai
suku bangsa Indonesia didasarkan pada system lingkaran hukum adat yang dibuat oleh
Van Vallenhoven. Indonesia dibagi ke dalam 19 daerah sebagai
berikut:
1.
Aceh
2.
Gayo-Alas dan Batak
2.a.
Nias dan Batu
3.
Minangkabau
3.a
Mentawai
4.
Sumatera Selatan
4.a.
Enggano
5.
Melayu
6.
Bangka dan Biliton
7.
Kalimantan
8.
Minahasa
8.a.
Sangir Talaud
|
9.
Gorontalo
10. Toraja
11. Sulawesi
Selatan
12. Ternate
13. Ambon
Maluku
13.a.
Kepualauan Barat Baya
14. Irian
15. Timor
16. Bali
dan Lombok
17. Jawa
Tengah dan Jawa Timur
18. Surakarta
dan Yogyakarta
19. Jawa
Barat
|
Lokasi
suku-suku bangsa di Indonesia yang masih berpedoman pada peta bahasa J.
Esser, terutama untuk daera-daerah Kalimantan, Sulawesi, Indonesia
Timur, dan bahkan juga beberapa bagia Sumatera, belum sepenuhnya dapat
diandalkan.