Minggu, 16 Desember 2012

4 Mahasiswa Mencoba Meraih Jabatan



4 Mahasiswa Manajemen Perkantoran telah mengikuti Tes Kenaikan Tingkat Jabatan di Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Protokoler Mahasiswa UPI (UKM KPM UPI ). Dimana tes tersebut telah dilaksanakan pada Tanggal 08 Desember 2012, tepat pukul 08.00-16.00 WIB. Mahasiswa yang mencoba meraih jabatan tersebut, diantaranya :
Nama
Pilihan I
Pilihan II
Anggun Permatasari
Deputi Penelitian dan Pengembangan
Asisten Deputi Umum Bidang Kesekretarisan
Dita Amelia Putri
Bendahara
Deputi Pengorganisasian Tugas
Hanisa Sismaya Lestari
Deputi Pengorganisasian Tugas
Deputi Penelitian dan Pengembangan
Sri Wulan Damayanti
Deputi Pengadministrasian dan Kaderisasi Anggota


Dalam mengajukan pilihan jabatan, satu orang diberikan 2 pilihan jabatan yang berminat untuk diduduki.
MANPERpers berhasil mewawancarai salah seorang mahasiswa yang mengikuti tes tersebut. “Konsep tes di KPM ini semacam Sidang Skripsi, dimana kita diuji di depan meja Para Pimpinan KPM UPI. Oleh karena itu tes tersebut sangat menegangkan”. Kata Hanisa Sismaya Lestari.
Mereka sangat antusias mengikuti tes. Keputusan untuk mengetahui posisi jabatan akan diberitahukan dikemudian hari. [Dita Amelia P]-10]

Minggu, 09 Desember 2012

Pengaruh Budaya Asing Terhadap Budaya Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Di era seperti saat ini masyarakat sangat dimanjakan oleh fasilitas yang sangat canggih. Semua kegiatan penunjang kehidupan sangat mudah dan cepat untuk dilakukan, itu terjadi akibat adanya peradaban globalisasi. Globalisasi merupakan proses system organisasi dan komunikasi antar masyarakat dunia untuk mengikuti sebuah system yang sama. Penduduk dunia saling berhubungan semakin erat hampir di semua aspek kehidupan. Dari bertukar informasi, budaya, perdagangan, investasi, pariwisata, hingga persoalan pribadi, ataupun aspek kehidupan lain. Informasi-informasi itu sering dimaknai di dalamnya mengandung kebudayaan, maka terjadilah penyebaran budaya global. Media massa berperan sebagai kekuatan trend setter untuk isu-isu global, baik persoalan politik seperti hak asasi manusia, lingkungan hidup, maupun terorrisme internasional, hingga ke persoalan budaya dan gaya hidup.
Indonesia yang merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman kebudayaan suku Bangsa dan juga di anggap sebagai Negara yang sedang berkembang ini, Indonesia di tuntut untuk menjadi Negara yang lebih maju dari berbagai aspek. Faktanya adalah bahwa Negara Indonesia terkesan berjalan lambat untuk mengalami kemajuan di mata Negara-Negara yang berada di Benua Amerika dan Eropa.
Di Indonesia, gaung globalisasi sudah terasa sejak pertengahan abad ke-20, dalam hal ini bangsa Indonesia memang sudah harus bersiap-siap untuk menerima kenyataan masuknya pengaruh asing terhadap berbagai aspek di Indonesia khususnya dalam kebudayaan suku bangsa. Bagi Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan yang memiliki nilai yang beragam dan juga merupakan identitas bahwa Indonesia memang benar mempunyai keaneka ragaman kebudayaan Suku bangsa yang juga di perkuat lagi melalui Bhinneka Tunggal Ika. Hal yang terpenting di dalam kebudayaan Indonesia sebagian besar terdapat di Keseniannya karena memang banyak masyarakat awam yang mengatakan bahwa kebudayaan itu adalah kesenian. Banyak contoh yang dapat kita lihat dalam hal kesenian budaya seperti di Seni Pahat, Wayang, Musik daerah, Kerawitan, Seni rupa, yang sampai pada hari ini yang terus mempertahankan itu adalah warga Indonesia yang sangat cinta akan keberagaman seni dan budaya Indonesia (minoritas).
Seiring berjalannya waktu seni dan budaya asli daerah dari suku bangsa yang ada di Indonesia, sedikit demi sedikit  mengalami perubahan yang di karenakan derasnya arus globalisasi yang di dominasi oleh Negara barat. Banyak yang melontarkan dua hal yang susah untuk di tarik benang merah dari permasalahan tersebut oleh pakar-pakar kebudayan seperti Simon Kemoni yang juga merupakan sosiolog asal Kenya, mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Selain itu Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
Adanya perkembangan dari globalisasi ini mengandung hal yang positif ataupun memberikan pengaruh negatif terhadap kebudayaan di Indonesia. Maka dari itu makalah yang akan kami bahas yaitu menganai Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan Di Indonesia.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas yaitu :
1.      Apa saja teori-teori kebudayaan ?
2.      Apa sajakah hal positif dan negatif dari pengaruh globalisasi ?
3.      Bagaimanakah budaya di Indonesia ?
4.      Bagaimanakah Budaya Barat berkembang di Indonesia ?
5.      Bagaimanakah solusi untuk mengatasi Budaya Asing di Indonesia ?
1.3  Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan manfaat yang akan dicapai dari makalah ini yaitu agar dapat mengetahui pengaruh positif ataupun negatif dari Globalisasi terhadap Budaya di Indonesia, serta mengetahui solusi untuk mengatasi hal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi system idea tau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia,sehingga kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang berupa perilaku maupun benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku, bahasa, organisasi social, kesenian dan lain sebagainya yang berfungsi untuk menunjang kehidupan bermasyrakatnya. Kebudayaan dari barat saat ini sudah mendominasi segala aspek kehidupan pada masyarakat Indonesia. Peradaban yang disebarkan oleh barat telah mengacu terhadap segala hal dan hal itu telah menguasai dunia tak terkecuali bangsa Indonesia, peradaban bangsa kita saat ini secara perlahan mulai mengikuti kebudayaan bangsa barat.

2.2 Teori Kebudayaan
Teori tentang perubahan budaya, pengaruh budaya, atau fenomena budaya lainnya. dengan harapan dapat digunakan sebagai alat untuk memperspektif suatu fenomena budaya atau fenomena sosial yang muncul baik dalam dimensi masa kini, masa lampau atau pun di masa mendatang. Adapun beberapa teori tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Budaya yang lebih tinggi dan aktif akan mempengaruhi budaya yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya (Malinowski, 1983:21-23). Teori Malinowski ini sangat nampak dalam pergeseran nilai-nilai budaya kita yang condong ke Barat. Dalam era globalisasi informasi menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Budaya barat saat ini diidentikkan dengan modernitas (modernisasi), dan budaya timur diidentikkan dengan tradisional atau konvensional. Orang tidak saja mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi Barat sebagai bagian dari kebudayaan tetapi juga meniru semua gaya orang Barat, sampai-sampai yang di Barat dianggap sebagai budaya yang tidak baik tetapi setelah sampai di Timur diadopsi secara membabi buta. Seorang yang sudah lama menetap di Australia kemudian mudik ke Indonesia, ia tercengang melihat betapa cepatnya perubahan budaya di Indonesia. Ia saat itu bahkan merasa berada di Amerika. Ada beberapa saluran TV yang menayangkan banyak film Amerika yang penuh dengan adegan kekerasan dan seks. Selama beberapa minggu ia berada di tanah air, ia tidak melihat kesenian tradisional yang ditayangkan di TV swasta seperti yang pernah dilihatnya dahulu di TVRI. Ia kemudian sadar bahwa reog, angklung, calung, wayang golek, gamelan, dan tarian tradisional tidak hanya nyaris tidak ditayangkan di TV, tetapi juga jarang sekali dipertontonkan langsung di tengah-tengah masyarakatnya. Sementara itu, ia justru menemukan Mc. Donald’s, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, dan Dunkin Donuts di sini. Beberapa toserba dan pasar swalayan juga mirip seperti yang ia temukan di luar negeri dengan penataan yang serupa. Kedua tempat berbelanja tersebut bahkan lebih banyak menggunakan petunjuk-petunjuk berbahasa Inggeris, meskipun mayoritas pengunjungnya adalah orang Melayu. Ia melihat banyak pemuda bergaya masa kini, dengan rambut panjang di buntut kuda, sebelah telinganya beranting, bercelana Levi’s duduk-duduk santai di Mall, seraya meneguk minuman dingin ‘Soft Drink’. Demikian pula pemuda-pemudinya banyak sekali yang hanya menggunakan kaos sepotong yang ketat dan tidak sempat menutup pussarnya, dengan celana panjang yang ketat pula, sedangkan rambutnya disisir dengan gaya semrawut. Di kota-kota besar sudah tumbuh pub-pub, night-club, diskotik dan karaoke yang sangat laris. Restoran-restoran yang menyediakan makanan ala China, dan Eropa. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia yang halus dan yang tinggi nilai budayanya telah terkontaminasi oleh kebudayaan Barat yang sekuler seperti itu.
2.      Teori Budaya Fungsional. Ahli antropologi aliran fungsional menyatakan, bahwa budaya adalah keseluruhan alat dan adat yang sudah merupakan suatu cara hidup yang telah digunakan secara luas, sehingga manusia berada di dalam keadaan yang lebih baik untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam penyesuaiannya dengan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya (Malinowski, 1983: 65) atau “Budaya difungsikan secara luas oleh manusia sebagai sarana untuk mengatasi: masalah-masalah yang dihadapi sebagai upaya penyesuaiannya dengan alam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya”. Contoh budaya fungsional ini banyak sekali dalam masyarakat kita dan bisa kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya pada musim kemarau di mana seorang petani sulit menanam, peceklik, akhirnya ia menjadi nelayan, dan setelah musim penghujan tiba ia kembali menjadi petani lagi.
3.      Agen Eropa merupakan pendorong utama terjadinya proses perubahan budaya (Malinowski, 1983:24). Sejak zaman pemerintahan kolonisasi Belanda membuka perkebunan dan pabrik-pabrik sampai dengan abad ke-21 di mana pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan membuka kran dan kemudahan bagi para investor asing, sedikit banyaknya akan membawa perubahan dalam sistem perekonomian kita. Perusahaan asing yang dikelola dengan modal besar menggunakan tenaga murah dari penduduk pribumi. Dalam sistem ekonomi kapitalis tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi dan tujuan perusahaan asing di Indonesia jelas bukan untuk melaksanakan demokrasi ekonomi seperti yang tertera dalam UUD 1945 Pasal 33. Salah satu sisi perusahaan asing berbondong-bondong menanamkan investasinya di bumi Indonesia adalah karena (1) Indonesia memiliki sumber alam ‘Natural Resource’ yang berlimpah ruah; (2) Perusahaan asing dapat mendapatkan tenaga kerja murah dengan demikian perusahaan asing yang menanamkan modal di sini memiliki keunggulan daya saing berimbang atau komparatif ‘Comparative Advantage’ sehingga dapat menjual hasil produksinya di bawah harga dengan kualitas produksi yang sama. Kondisi ini tentu secara perlahan tetapi pasti diikuti oleh para pelaku ekonomi bangsa kita. Dengan demikian secara berangsur-angssur sistem ekonomi kapitalis akan semakin tertanam dalam jiwa para pelaku ekonomi di bumi persada kita. Sebagai bukti adalah pertama, sulitnya para konglomerat mendengar himbauan Presiden untuk menyisihkan keuntungannya sebagai upaya pengentasan kemiskinan ; kedua, sulitnya Menteri Sosial untuk mendapatkan bantuan dalam HKSN.
4.       Proses perubahan budaya dapat terjadi karena difusi, yakni unsur budaya yang satu bercampur dengan unsur budaya lainnya sehingga menjadi kompleks, di mana unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan unsur budaya aslinya. Kajian di Melanesia dan Afrika Barat pengaruh aliran budaya dari Asia Tenggara. Budaya Mesir purba yang masih tertinggal di India, Cina, Kepulauan Pasifik hingga sampai ke Dunia Baru Malinowski tidak sepakat dengan teori tersebut, melalui kajian empiris dia menyatakan difusi merupakan proses yang diarahkan oleh budaya yang lebih kuat / pemberi budaya dan mendapat tantangan hebat dari budaya yang lemah / penerima budaya (Malinowski, 1983: 27). Hasil penelitian di daerah transmigrasi Rajabasa Lama, Way Jepara Lampung Tengah 1995-1997 menunjukkan terjadinya difusi di bidang cara pengolahan lahan pertanian. Hal ini terjadi di mana penduduk suku Lampung yang tadinya terbiasa mengolah lahan secara tertutup (masih menyisakan bagian hutan di lahan pertanian), kini mereka mulai mengolah lahan secara terbuka (membabat habis sisa hutan yang tadinya sebagai cadangan kayu dan sebagainya). Transmigrasi asal suku Jawa yang tadinya mencangkul dalam-dalam tanahnya sebelum ditanami, kini mereka hanya mengoret (mencangkul tipis-tipis lahannya untuk sekedar menghilangkan rumputnya) seperti yang biasa dilakukan oleh orang Lampung, karena ternyata dengan mengoret humusnya tidak cepat habis. Para transmigran juga membuat gerobak, seperti halnya gerobaknya orang Lampung yang berukuran kecil dan ramping, sehingga cukup ditarik oleh sapi seekor dan mudah menerobos di jalan-jalan setapak.

2.3 Dampak Positif Dan Negatif Globalisasi Budaya

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh besar bagi kehidupan suatu negara termasuk negara Indonesia. Pengaruh tersebut dibagi menjadi dua yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia yaitu :
  1. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
  2. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagtainya.
  3. Dari aspek globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
Disamping pengaruh globalisasi membawa hal positif, ada jugadampak negatif dari globalisasi aspek budaya, yaitu :
  1. Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui internet, media televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.
  2. Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan gaya hidup berikut ini :
Individualisme : mengutamakan kepentingan diri sendiri
Pragmatisme : melakukan suatu kegiatan yang menguntungkan saja
Hedonisme : Paham yang mengutamakan kepentingan keduniawian semata
Primitif : sesuatu yang sebelumnya dianggap tabu, kemudian dianggap sebagai sesuatu yang biasa/ wajar
Konsumerisme : pola konsumsi yang sudah melebihi batas
  1. Semakin lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu/ darurat, misalnya sakit,kecelakaan, atau musibah hanya ditangani oleh segelintir orang
  2. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
  3. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
Dampak di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, akan tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau luntur. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara global. Apa yang ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Bila dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

2.4 Karakteristik Budaya Di Indonesia
2.4.1 Suku-Suku Bangsa Di Indonesia
Pada umumnya, pengolongan berbagai suku bangsa Indonesia didasarkan pada system lingkaran hukum adat yang dibuat oleh Van Vallenhoven. Indonesia dibagi ke dalam 19 daerah sebagai berikut:

1.        Aceh
2.        Gayo-Alas dan Batak
2.a. Nias dan Batu
3.        Minangkabau
3.a Mentawai
4.        Sumatera Selatan
4.a. Enggano
5.        Melayu
6.        Bangka dan Biliton
7.        Kalimantan
8.        Minahasa
8.a. Sangir Talaud
9.        Gorontalo
10.    Toraja
11.    Sulawesi Selatan
12.    Ternate
13.    Ambon Maluku
13.a. Kepualauan Barat Baya
14.    Irian
15.    Timor
16.    Bali dan Lombok
17.    Jawa Tengah dan Jawa Timur
18.    Surakarta dan Yogyakarta
19.    Jawa Barat

Lokasi suku-suku bangsa di Indonesia yang masih berpedoman pada peta bahasa J. Esser, terutama untuk daera-daerah Kalimantan, Sulawesi, Indonesia Timur, dan bahkan juga beberapa bagia Sumatera, belum sepenuhnya dapat diandalkan.